Senin, 23 Juni 2014

Situasi dan Keadaan Sang Negeri Piramid

Peta Perekonomian Mesir



https://saripedia.files.wordpress.com/2011/02/egypt_economic.jpg
Keadaan Geografis Mesir



Republik Arab Mesir " , negara di Afrika bagian timur laut dan barat daya Asia . Hal ini dibatasi di utara oleh Laut Mediterania , di sebelah timur oleh Israel dan Laut Merah , di selatan dengan Sudan , dan di sebelah barat oleh Libya . Negara ini memiliki panjang maksimum dari utara ke selatan sekitar 1.085 km (sekitar 675 mil ) dan lebar maksimum , dekat perbatasan selatan , dari sekitar 1.255 km (sekitar 780 mil ) . Ini memiliki luas total sekitar 1.001.450 km persegi (sekitar 386.662 sq mi ) . Kairo adalah ibu kota dan kota terbesar .

Tanah Sungai Nil , Mesir adalah tempat lahir dari salah satu peradaban kuno terbesar di dunia dan memiliki catatan sejarah yang tanggal dari sekitar 3200 SM . Bahan deskriptif yang berikut ini berhubungan dengan Mesir modern. Sejarah Bagian meliputi Mesir dari zaman kuno , termasuk Periode Dinasti ( 3200 SM - 343 SM ) , Periode Helenistik ( 332 SM - 30 SM ) , Romawi dan Bizantium Rule ( 30 SM -AD 638 ) , Khilafah dan Mameluk ( 642-1517) , Ottoman Dominasi (1517-1882) , dan kolonialisme Inggris (1882-1952) serta modern, independen Mesir (1952 - ) .





Mata Pencaharian di Mesir

    
Pertanian
Sektor pertanian menyumbangkan 17% perekonomian negara Mesir. Meskipun didominasi wilayah gurun, namun Mesir mendapatkan
berkah dari adanya aliran Sungai Nil yang menyuburkan kawasan lembah dan deltanya. Mesir terkenal sebagai penghasil kapas, gandum, kurma, zaitun, dan serat papyrus (bahan baku kertas). Seiring dengan dibangunnya proyek raksasa bendungan Aswan, maka pertanian Mesir semakin maju. Saat ini produk pertaniannya semakin berkembang dengan menghasilkan berbagai jenis buah-buahan, sayuran, padi, tebu, dan rumput-rumputan untuk makanan ternak.


Peternakan dan perikanan
Selain sebagai petani, masyarakat tradisional Mesir juga banyak yang hidup dari beternak secara nomaden. Jenis hewan ternak yang dikembangkan secara tradisional adalah domba, biri-biri, dan unta. Salah satu dampak pembangunan bendungan Aswan adalah mampu mendukung kegiatan peternakan, sehingga saat ini banyak peternak yang mulai mengembangkan ternaknya dengan cara-cara modern. Adapun perikanan dibedakan atas perikanan laut dan perikanan darat. Perikanan laut banyak diusahakan di perairan Laut Merah dan perairan Laut Tengah, sedangkan perairan darat banyak diusahakan di Sungai Nil dan di kawasan bendungannya.
 
 
Pertambangan   
Hasil tambang utama Mesir adalah minyak bumi dan gas alam yang terdapat di pantai dan perairan Laut Merah serta di kawasan Gurun Libya dan Semenanjung Sinai. Selain hasil tambang utama tersebut, dikembangkan juga pertambangan fosfat, bijih besi, dan garam.
 

Perindustrian
Perindustrian termasuk di dalamnya perakitan, pertambangan, dan konstruksi, memberi masukan lebih dari 35% pendapatan nasionalnya.
Hasil industri utama negara ini adalah tekstil, bahan-bahan kimia, besi, dan minyak beserta olahannya. Hubungannya dengan negara-negara maju menyebabkan Mesir juga mulai membangun perindustrian di bidang otomotif, elektronik, barang-barang rumah tangga, dan obat-obatan. Kawasan industri utama terdapat di Kairo dan Alexandria serta di berbagai zona industri di sepanjang Terusan Suez.
 
 
Perdagangan
a) Ekspor berupa kapas, benang, tekstil dan permadani, minyak mentah, gas dan produk olahannya kopi, teh, cokelat, tebu, dan kurma.
b) Impor berupa mesin-mesin dan peralatan transportasi, besi dan baja, kertas dan produk olahan makanan, serta bahan-bahan kimia.
Selain memperoleh devisa dari perdagangan, Mesir juga diuntungkan dengan adanya Terusan Suez yang membelah negaranya, yaitu dari pelayanan pelabuhan dan bea masuk terusan.

 
Sumber Daya Manusia
Sebagian besar masyarakat Mesir Kuno bekerja sebagai petani. Kediaman mereka terbuat dari tanah yang didesain untuk menjaga udara tetap dingin di siang hari. Setiap rumah memiliki dapur dengan atap terbuka. Di dapur itu biasanya terdapat batu giling untuk menggiling tepung dan oven kecil untuk membuat roti.Tembok dicat warna putih dan beberapa juga ditutupi dengan hiasan berupa linen yang diberi warna. Lantai ditutupi dengan tikar buluh dilengkapi dengan furnitur sederhana untuk duduk dan tidur. 
 
Investasi
Mesir, negara di Afrika Utara yang berpenduduk hampir 27 juta jiwa, yang pada Juni lalu dikunjungi Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu beserta rombongan ini ternyata memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup lumayan.
Pada tahun 2004, tingkat pertumbuhan ekonominya mencapai 4% atau setara dengan US$ 76,0 miliar. Sementara pendapatan per kapitanya mencapai US$ 1.036 dengan tingkat pengangguran 10%. Total perdagangan Mesir dengan dunia pada tahun 2004 sebesar US$ 20,54 miliar, meningkat 20,39% dibandingkan dengan tahun 2003 yang sebesar 17,06 miliar.
Sedangkan ekspor negeri Sungai Nil ini ke seluruh dunia pada tahun 2004 mencapai US$ 7,69 miliar, meningkat 24,72% dibanding tahun 2003 yang cuma US$ 6,61 miliar. Komoditi ekspor utamanya adalah minyak mentah dan produk petrokimia, kapas, tekstil, produk baja dan kimia.
Adapun nilai impor negeri Piramid ini pada tahun 2004 sebesar US$ 12,58 miliar, ini meningkat 17,94% dibanding tahun 2003 yang tercatat sebesar US$ 10,90 miliar, dengan komoditi utamanya mesin dan peralatannya, produk makanan, produk kayu dan bahan bakar.

Struktur Produksi,Disribusi Pendapatan,dan Kemiskinan 
Pendapatan Nasional

Sungai Nil menjadi pusat aktivitas perdagangan masyarakat Mesir. Perekonomian sentralistik ini diwariskan Presiden Gamal Abdel Nasser. Namun, dalam 30 tahun terakhir, pemerintah telah berhasil mereformasi kebijakan perekonomian di sana.
Laporan Bank Dunia memperlihatkan, pada beberapa dekade terakhir Mesir telah mengalami kemajuan luar biasa dalam penyediaan infrastruktur di segala bidang, termasuk transportasi, telekomunikasi, pembangkit listrik, serta air dan sanitasi.

Pemerintah Mesir telah banyak mengurangi subsidi, menekan inflasi, memotong besaran pajak dan melakukan liberalisasi perdagangan dan investasi selama reformasi ekonomi, sejak 1991. Satu proses reformasi dan privatisasi telah mulai meningkatkan peluang bagi sektor swasta. Pertanian telah banyak diswastakan, namun regulasi tetap jalan, kecuali pada kapas dan gula.

Sektor konstruksi, jasa non-keuangan, dan perdagangan grosir serta eceran dalam negeri sebagian besar dikuasai swasta. Hal ini membuat laju pertumbuhan Mesir stabil. Dalam seperempat abad terakhir, setidaknya negeri yang terletak di Asia Barat dan Afrika Utara ini tumbuh 4-5 persen, termasuk pada 2009, yang tumbuh 4,7 persen.

Akibat diversifikasi yang sukses, produk domestik bruto (PDB) meningkat 7 persen per tahun. Catatan Bank Dunia, PDB Mesir pada 2009 tercatat sebesar US$188 miliar, dengan penduduk 83 juta.
Sementara itu, Laporan Dana Moneter Internasional (IMF) melansir, PDB per kapita berdasarkan paritas daya beli (PPP) meningkat empat kali lipat antara 1981-2006, dari US$1.355 pada 1981 menjadi US$2.525 pada 1991, US$3.686 pada 2001, dan menjadi US$4.535 pada 2006.

Kemiskinan

Kemiskinan dan kerawanan pangan telah meningkat secara signifikan di Mesir selama tiga tahun terakhir, wakil juru bicara PBB Eduardo del Buey mengatakan pada Selasa, mengutip laporan bersama oleh Program Pangan Dunia (WFP) dan pemerintah Mesir.

"Sebuah laporan bersama oleh Program Pangan Dunia dan pemerintah negara itu menemukan bahwa hampir 14 juta orang Mesir -- atau 17 persen dari populasi -- menderita rawan pangan pada 2011, dibandingkan dengan 14 persen pada 2009," kata del Buey dalam sebuah konferensi pers.

"Data juga menunjukkan bahwa antara tahun 2009 dan 2011, sekitar 15 persen penduduk bergeser ke dalam kemiskinan," katanya.

"Peningkatan dalam tingkat kerawanan pangan, malnutrisi dan kemiskinan tidak terjadi dalam semalam, selama tahun ini atau bahkan selama tahun lalu," kata Perwakilan WFP dan Country Director untuk Mesir Gianpietro Bordignon.

"Ketidakmampuan masyarakat untuk memiliki makanan yang cukup dan bergizi terutama disebabkan oleh meningkatnya tingkat kemiskinan dan rangkaian krisis sejak 2005 -- termasuk wabah flu burung pada 2006, krisis pangan, bahan bakar dan keuangan pada 2007-09 dan tantangan konteks makroekonomi dalam beberapa tahun terakhir," kata Bordignon.

Laporan bersama juga menunjukkan keluarga termiskin menghabiskan lebih dari separuh rata-rata rumah tangga mereka pada makanan dan sering membeli lebih murah, makanan yang kurang bergizi.

Malnutrisi meningkat dengan 31 persen anak di bawah usia lima tahun terhambat pertumbuhannya (kerdil), naik dari 23 persen pada 2005, kata laporan itu.


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
 
Krisis Anggaran Mesir
Pasca revolusi, Mesir mengalami krisis anggaran dan mata uang Mesir turun drastis."Kami telah secara resmi meminta pinjaman IMF sebesar $ 3,2 milyar," kata Menteri Perencanaan dan Kerjasama Internasional Mesir, Faiz Abu el-Naga, kepada wartawan. Sebelumnya, pada Juni tahun lalu, pemerintah menolak tawaran $ 3 miliar bantuan keuangan dari IMF.

Delegasi IMF akan kembali ke Mesir pada akhir Januari. Direktur Regional IMF Masood Ahmed mengatakan rincian teknis masih harus diselesaikan dan kunjungan minggu ini adalah untuk memahami situasi di Mesir.


Nilai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Egypt Government Budget Value

Pemerintah Terakhir Sebelum Ini Tertinggi Paling Rendah Satuan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara  -9.1 -14.1 -6.8 -14.1 Persen dari PDB
Nilai Utang Pemerintah dibandingkan dengan PDB  83.3 74.3 102.3 73.3 Persen
Nilai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara  -186026 -246853 -56213 -246853 Million EGP
Belanja Pemerintah  60 57 60 18 EGP Billion
Peringkat Kredit  31.25        

 

Nilai Utang Pemerintah dibandingkan dengan PDB

Egypt Government Debt To GDP

Pemerintah Terakhir Sebelum Ini Tertinggi Paling Rendah Satuan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara -9.10 -14.10 -6.80 -14.10 Persen dari PDB
Nilai Utang Pemerintah dibandingkan dengan PDB 83.30 74.30 102.30 73.30 Persen
Nilai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara -186026.00 -246853.00 -56213.00 -246853.00 Million EGP
Belanja Pemerintah 60.00 57.00 60.00 18.00 EGP Billion
Peringkat Kredit 31.25
















Belanja Pemerintah
Egypt Government Spending

Pemerintah Terakhir Sebelum Ini Tertinggi Paling Rendah Satuan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara -9.10 -14.10 -6.80 -14.10 Persen dari PDB
Nilai Utang Pemerintah dibandingkan dengan PDB 83.30 74.30 102.30 73.30 Persen
Nilai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara -186026.00 -246853.00 -56213.00 -246853.00 Million EGP
Belanja Pemerintah 60.00 57.00 60.00 18.00 EGP Billion
Peringkat Kredit 31.25








 Referensi

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/202610-mesir--negeri-dua-benua-yang-tumbuh-stabil
http://www.investor.co.id
http://id.tradingeconomics.com


Permasalahan Ekonomi Negeri Sang Raja Fir'aun

Pemerintah merupakan tulang punggung bagi rakyat,jika pemerintah tersebut tidak mampu mensejahterakan rakyatnya,mana mungkin negara itu akan damai.Akan tetapi semua masalah yang terjadi di dalam suatu negara  itu mampu di hadapi negara itu sendiri bila terjadi suatu kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat,sehingga mampu mensejahterakan negara itu.

Masalah yang terjadi di negara mesir banyak sekali ,apalagi ketika penurunan Presiden Husni Mubarak.Setelah penurunan Presiden Husni Mubarak banyak sekali terjadi konflik-konflik dan menelan banyak korban.Sampai saat ini pun masih sering terjadi kericuhan di negeri peninggalan Raja Fir'aun itu.

Mari kita tinjau permsalahanekonomi mesir,pada tahun 2011 berevolusi.Akan tetapi itu menurunkan stabilitas ekonomi di mesir.Pengusaha memprediksi situasi ekonomi dalam kondisi bencana /revolusi kemungkinan menjadi lebih buruk. Tidak hanya sumber dari pariwisata, sumber penting pendapatan Negara lainnya juga berhenti, investasi asing telah mengering karena masa depan tidak pasti. Ratusan ribu buruh pabrik melakukan mogok kerja sebagai perubahan rezim Mesir, mereka menuntut kenaikan upah dan gaji. Sebuah rumor jalanan yang populer adalah bahwa Presiden Mubarak, seluruh keluarga serta kroni-kroninya telah mencuri puluhan miliar dan ketika uang itu disita dan ditemukan akan dibagi dan diberikan kepada setiap rakyat Mesir.

Terlepas dari itu ada aspek-aspek yang menjadi suatu masalah di negara Mesir,yaitu pengangguran dan inflasi 

Pengangguran

Pengangguran merupakan masalah yang serius,dimana pemerintah harus mampu menurunkan tingkat pengangguran agar negara itu bisa di katakan sejahtera.Banyaknya pengangguran dapat meningkatkan kriminalisme di suatu negara,karena manusia membutuhkan sesuatu tetapi ia tidak mampu memenuhinya,maka terjadilah suatu kriminalis.

Adapun ciri-ciri penganguran diantaranya adalah :
Pengangguran friksional :Pengangguran friksional adalah pengangguran karena pekerja menunggu pekerjaan yang lebih baik.

Pengangguran Struktural : Penganguran yang terjadi karena seseorang di berhentikan oleh perusahaan.
Orang-orang yang diberhentikan dari pekerjaan mereka di Mesir merupakan 29,3 persen dari total jumlah  penganggur," kata Direktur CAPMAS Abu Bakar al-Guindy.

Pengangguran Teknologi : Pengangguran yang disebabkan perkembangan/pergantian teknologi. Perubahan ini dapat menyebabkan pekerja harus diganti untuk bisa menggunakan teknologi yang diterapkan.

Pengangguran Siknikal : Pengangguran yang disebabkan kemunduran ekonomi yang menyebabkan perusahaan tidak mampu menampung semua pekerja yang ada. Contoh penyebabnya, karena adanya perusahaan lain sejenis yang beroperasi atau daya beli produk oleh masyarakat menurun.

Pengangguran Musiman : Pengangguran akibat siklus ekonomi yang berfluktuasi karena pergantian musim. Umumnya pada bidang pertanian , perikanan. Contoh lainnya, para petani.

Pengangguran Tidak Kentara : Pengangguran yang secara fisik dan sepintas tidak kelihatan,namun secara ekonomi dapat di buktikan bahwa seseorang tersebut sesungguhnya menganggur.

Ada 3,1 juta orang yang menganggur di Mesir, menurut laporan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Mobilisasi Publik dan Statistik (CAPMAS).
Laporan ini mengungkapkan bahwa tingkat pengangguran berdiri di kisaran 11,8 persen pada kuartal kedua tahun 2011, ada sedikit penurunan dari angka 11,9 persen pada kuartal pertama.
"Orang-orang yang diberhentikan dari pekerjaan mereja merupakan 29,3 persen dari total jumlah penganggur," kata Direktur CAPMAS Abu Bakar al-Guindy . "Pengangguran di daerah perkotaan mencapai hingga 19,6 persen," katanya menambahkan.
"Para tenaga kerja diperkirakan berjumlah mencapai 23,3 juta, dimana 30,7 persen bekerja di sektor pertanian," jelas Guindy.
Dia mengatakan 30 persen dari penganggur di Mesir adalah lulusan universitas, 70 persen lainnya hanya memiliki pendidikan sekolah menengah, dan 71 persen penganggur berusia antara 15 dan 29.
Menurut The World Factbook pada tahun 2008,Mesir memiliki tingkat pengangguran sebanyak 8.70 %.



Statistik Tingkat Pengangguran Mesir

Egypt Unemployment Rate








Inflasi

Inflasi juga merupakan masalah yang terjadi di suatu negara,banyak penyebab yang menjadikan negara itu menjadi tinggi inflasinya.Inflasi suatu negara dapat di kelompokan sebagai berikut: 
1.Demeand Pull Inflation
   Inflasi yang di sebabkan oleh adanya daya tarik permintaan masyarakat terhadap berbagai barang yang   terlalu kuat.

2.Cost Push Inflation
   Inflasi yang di sebabkan oleh adanya guncangan atau dorongan kenaikan biaya produksi secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu.

3.Mix Inflation
   Inflasi yang di sebabkan oleh kenaikan permintaan dan kenaikan penawaran.Perilaku permintaan terhadap barang atau jasa bertambah ,hal ini mengakibatkan faktor produksi dan penyediaan barang menjadi turun.

4.Expected Inflation
   Inflasi yang di sebabkan adanya perilaku masyarakat secara umum yang bersifat adatif atau forward looking.

Jika di lihat dari parah tidaknya suatu negara dapat di lihat sebagai berikut :
     Inflasi ringan jika nilainya berkisar                 0 %  s/d  10%
     Inflasi sedang jika nilainya berkisar              10 % s/d   30%
     Inflasi berat jika nilainya berkisar                 30 % s/d  100%
     Hyperinflasi jika nilainya                              > 100%  

Pada bulan Januari 2014, tingkat inflasi tahunan Mesir melambat untuk bulan kedua secara berturut-turut menjadi 11,4 persen dari 11,7 persen yang tercatat pada bulan Desember.
Hal ini disebabkan karena efek dasar dari tahun sebelumnya. Pada bulan November 2013, laju inflasi mencapai tingkat tertinggi dalam empat tahun yaitu sebesar 12,97 persen.

Secara bulanan, harga naik tipis menjadi 1,42 persen setelah jatuh 1,02 persen pada bulan Desember. Laju inflasi inti tahunan melambat ke posisi 11,7 persen , tapi naik 1,11 persen secara bulanan, dibandingkan dengan 0,41 persen pada bulan Desember.
Maka dari itu mesir bisa di katakan berada pada inflasi sedang,karena mesir berada pada angka belasan persen.

Mari kita perhatikan dampak negatif terjadinya inflasi di suatu negara
-Inflasi akan menjadikan turunya pendapatan riil masyarakat yang memiliki penghasilan tetap.
-Inflasi memyebabkan turunnya nilai riil kekayaan masyarakat yang berbentuk kas,karena nilai tukar kas(mis:Uang)tersebut akan menjadi lebih kecil,karena secara nominal harus mengahadapi harga komoditi per satuan yang lebih besar.
-Inflasi akan menyebabkan nilai tabungan masyarakat menjadi turun,sehingga orang akan cendrung memilih menginvestasikan uangnya dalam aktiva yang lebih baik,daripada menabungkannya ke bank.
-Inflasi akan menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi suatu negara menjadi terhambat.




Referensi


http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/02/110211_egyptmubarak.shtml
http://politik.kompasiana.com/2011/12/07/mesir-pasca-mubarak-sebuah-telaah-singkat-perjalanan-revolusi-mesir-menuju-demokratisasi-yang-hakiki-419118.html
http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/laporan-resmi-lebih-dari-3-juta-warga-mesir-pengangguran.htm#.U6gwCfsnG9g
The World Factbook
http://vibiznews.com/2014/02/12/inflasi-bulan-januari-di-mesir-kembali-melambat/

Jumat, 06 Juni 2014

FUNGSI DAN STRATEGI PENETAPAN HARGA

FUNGSI DAN STRATEGI PENETAPAN HARGA
Bab 8
 
 
 
Pengendalian perusahaan tidak lagi dapat dilakukan hanya berdasarkan intuisi atau pengalaman saja, namun pengetahuan menjadi faktor penting lain yang perlu dipadukan. Maka dalam kondisi resesi seperti yang kita hadapi saat ini, tugas manajemen dalam mengendalikan perusahaan menjadi lebih berat lagi. Untuk mencapai tujuan perusahaan, dibutuhkan koordinasi yang baik dari semua fungsi manajemen.
Pada dasarnya semua fungsi tersebut sama pentingnya sebagai suatu sistem, namun pemasaran merupakan fungsi yang mempunyai intensitas hubungan paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal justru dalam lingkungan itulah perusahaan mempunyai keterbatasan yang paling besar dalam pengendaliannya. Maka seringkali dikatakan bahwa pemasaran merupakan urat nadi perusahaan, dalam arti sangat kritis kedudukannya dalam menentukan kelangsungan hidup perusahaan, dan berperan penting dalam pengembangan strategi.
Strategi pemasaran sendiri dapat dibahas secara lebih rinci dikaitkan dengan berbagai unsur, seperti dalam kaitannya dengan kepuasan pelanggan, dengan pasar, dengan bauran pemasaran, dengan siklus, hidup produk, ataupun dengan pemasaran internasional. Tulisan ini akan membahas secara spesifik konteks strategi pemasaran dalam kaitannya dengan penetapan harga (pricing strategy), dengan menekankan pada salah satu model penetapan harga. Selama periode di mana pertumbuhan ekonomi dan pendapatan meningkat, faktor non-harga sempat menjadi kunci keberhasilan penjualan. Namun dalam tahun-tahun terakhir, seiring dengan perubahan makro ekonomi yang mengakibatkan inflasi, pertumbuhan penduduk yang semakin lambat, dan semakin maraknya kompetisi, maka faktor harga menjadi salah satu problem utama yang harus dihadapi para marketer.
STRATEGI PENETAPAN HARGA
Harga merupakan elemen penting dalam strategi pemasaran dan harus senantiasa dilihat dalam hubungannya dengan strategi pemasaran. Harga berinteraksi dengan seluruh elemen lainnya dalam bauran pemasaran untuk menentukan efektivitas dari setiap elemen dan keseluruhan elemen. Tujuan yang menuntun strategi penetapan harga haruslah merupakan bagian dari tujuan yang menuntun strategi pemasaran secara keseluruhan. Oleh karena itu tidaklah benar bila harga dipandang sebagai elemen yang mandiri dari bauran pemasaran, karena harga itu sendiri adalah elemen sentral dalam bauran pemasaran.
Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikian atas penggunaan suatu barang atau jasa. Pengertian ini sejalan dengan konsep pertukaran (exchange) dalam pemasaran. Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan. Tingkat harga yang ditetapkan mempengaruhi kuantitas barang yang dijual. Selain itu secara tidak langsung harga juga mempengaruhi biaya, karena kuantitas yang terjual berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan dalam kaitannya dengan efisiensi produksi. Oleh karena itu penetapan harga mempengaruhi pendapatan total dan biaya total, maka keputusan dan strategi penetapan harga memegang peranan penting dalam setiap perusahaan. Sementara itu dari sudut pandang konsumen, harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Nilai (value) dapat didefinisikan sebagai rasio antara manfaat yang dirasakan dengan harga. Dengan demikian pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula. Seringkali pula dalam penentuan nilai suatu barang atau jasa, konsumen membandingkan kemampuan suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan barang atau jasa substitusi.
Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi. Peranan alokasi dari harga adalah fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan kekuatan membelinya. Dengan demikian adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan kekuatan membelinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki. Peranan informasi dari harga adalah fungsi harga dalam “mendidik” konsumen mengenai faktor produk, misalnya kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.


Tujuan Penetapan Harga

Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu :
1.    Tujuan Berorientasi pada Laba Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi. Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi laba. Dalam era persaingan global, kondisi yang dihadapi semakin kompleks dan semakin banyak variabel yang berpengaruh terhadap daya saing setiap perusahaan, sehingga tidak mungkin suatu perusahaan dapat mengetahui secara pasti tingkat harga yang dapat menghasilkan laba maksimum. Oleh karena itu ada pula perusahaan yang menggunakan pendekatan target laba, yakni tingkat laba yang sesuai atau pantas sebagai sasaran laba. Ada dua jenis target laba yang biasa digunakan, yaitu target marjin dan target ROI (Return On Investment)
2.    Tujuan Berorientasi pada Volume Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang menetapkan harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing objective. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan atau pangsa pasar. Tujuan ini banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan penerbagan.
3.    Tujuan Berorientasi pada Citra Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu (image of value), misalnya dengan memberikan jaminan bahwa harganya merupakan harga yang terendah di suatu wilayah tertentu. Pada hakekatnya baik penetapan harga tinggi maupun rendah bertujuan untuk meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran produk yang ditawarkan perusahaan.
4.    Tujuan Stabilisasi Harga Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu (misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader).
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah. Tujuan-tujuan penetapan harga di atas memiliki implikasi penting terhadap strategi bersaing perusahaan. Tujuan yang ditetapkan harus konsisten dengan cara yang ditempuh perusahaan dalam menetapkan posisi relatifnya dalam persaingan. Misalnya, pemilihan tujuan laba mengandung makna bahwa perusahaan akan mengabaikan harga para pesaing.
Pilihan ini dapat diterapkan dalam 3 kondisi, yaitu:
~ tidak ada pesaing
~ perusahaan beroperasi pada kapasitas produksi maksimum
~ harga bukanlah merupakan atribut yang penting bagi pembeli.
Berbeda dengan tujuan laba, pemilihan tujuan volume dilandaskan pada strategi mengalahkan atau mengatasi persaingan. Sedangkan tujuan stabilisasi didasarkan pada strategi menghadapi atau memenuhi tuntutan persaingan. Dalam tujuan volume dan stabilisasi, perusahaan harus dapat menilai tindakan-tindakan pesaingnya. Dalam tujuan berorientasi pada citra, perusahaan berusaha menghindari persaingan dengan jalan melakukan diferensiasi produk atau dengan jalan melayani segmen pasar khusus.
MODEL PENETAPAN HARGA
Kotler dan Armstrong (1994, h. 341) berpendapat bahwa ada dua faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan harga, yakni faktor internal perusahaan dan faktor lingkungan eksternal. Faktor internal perusahaan mencakup tujuan pemasaran perusahaan, strategi bauran pemasaran, biaya, dan organisasi. Sedangkan faktor lingkungan eksternal meliputi sifat pasar dan permintaan, persaingan, dan unsur-unsur lingkungan lainnya.
Sejalan dengan teori Kotler dan Armstrong tersebut, Harper W. Boyd, Jr. dan Orville C. Walker, Jr. (1982) mengajukan suatu model pengambilan keputusan secara bertahap untuk penetapan harga dengan mempertimbangkan berbagai faktor internal perusahaan dan lingkungan eksternal. Mengingat banyaknya faktor yang harus diperhitungkan pada saat penetapan harga, maka keduanya menyarankan perlunya suatu prosedur sistematis dalam menetapkan harga, yang dirasakan akan sangat membantu tugas manajemen. Untuk itu mereka mengajukan suatu moedel proses pengambilan keputusan mengenai penetapan harga, yang disarankan untuk digunakan terutama pada saat untuk pertamakalinya keputusan harga akan dilakukan, misalnya saat pengenalan produk baru atau pada saat akan dilakukannya negosiasi suatu kontrak kerja.
Dalam model tersebut dibahas A) berbagai pengaruh dan kendala yang perlu diperhitungkan dalam penetapan harga, juga dibuat B) langkah-langkah proses penetapan harga, termasuk analisa yang rinci mengenai permintaan pasar, biaya, dan kompetisi. Namun sebagai langkah awal haruslah ditetapkan terlebih dahulu tujuan penetapan harga yang konsisten dengan usaha dan strategi pemasaran perusahaan. Pembahasan mengenai yang terakhir ini telah dilakukan sebelumnya.
A.       Pengaruh dan Kendala
Terdapat banyak cara untuk menghitung harga, namun cara apapun yang digunakan, satu hal yang tetap harus diperhitungkan adalah faktor situasional, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Analisis internal lebih menekankan pada penilaian atau identifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap-tiap divisi dalam upaya untuk mencari keunggulan-keunggulan yang akan dapat dipakai untuk membedakan diri dari pesaing, sehingga harus dilakukan melalui kacamata (sudut pandang) kons          umen. Analisis eksternal adalah penilaian terhadap kekuatan yang berada di luar perusahaan, di mana perusahaan tidak mempunyai pengaruh sama sekali untuk mengendalikannya, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan ini akan mempengaruhi kinerja semua perusahan dalam industri tersebut. Lingkungan eksternal mencakup situasi perekonomian umum, pelanggan, dan pesaing. Cara yang umumnya dilakukan dalam analisis situasional antara lain adalah analisis produk, analisis pasar, analisis pelanggan, dan analisis lingkungan.
Semua faktor ini diperkirakan dapat mempengaruhi atau menjadi kendala dalam usaha mencapai tujuan perusahaan. Adapun faktor situasional yang dianalisa dalam model penetapan harga ini adalah :
a)      Strategi Perusahaan dan Strategi Pemasaran Pertanyaan yang mendasar dari strategi perusahaan adalah : ” Bagaimana kita akan bersaing dalam industri ini?” Jadi strategi perusahaan terutama memperhatikan pendistribusian sumber daya yang ada pada daerah-daerah fungsional dan pasar produk dalam upaya untuk memperoleh sustainable advantage terhadap kompetitornya. Porter (1980) mengemukakan tiga strategi generik, yaitu diferensiasi, fokus, dan kepemimpinan harga. Strategi pemasaran, yang termasuk dalam strategi fungsional, umumnya lebih terinci dan mempunyai jangka waktu yang lebih pendek dibandingkan strategi perusahaan. Tujuan pengembangan strategi fungsional adalah untuk mengkomunikasi tujuan jangka pendek, menentukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan jangka pendek, dan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pencapaian tujuan tersebut. Strategi fungsional perlu dikoordinasikan satu sama lain untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan dalam organisasi.
b)      Karakteristik Pasar Sasaran Segmentasi pasar adalah proses membagi pasar menjadi kelompok-kelompok pelanggan yang berbeda, sedangkan proses memutuskan pasar mana yang akan dituju disebut target marketing yang menghasilkan target market (pasar sasaran). Pemahaman terhadap pasar sasaran dibutuhkan untuk mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi keinginan pelanggan dan menetukan keputusan membelinya. Baik pada pasar konsumen maupun pada pasar industrial, perlu diketahui apa saja yang menjadi kebutuhan pelanggan atau benefit yang mereka cari, seberapa jauh dibutuhkan inovasi dalam memperkenalkan produk tersebut, bagaimana lokasi geografis dari pasar sasaran, dan apa saja yang menjadi kebiasaan hidup mereka.
c)      Karakteristik Produk Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk dapat didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Secara lebih terinci konsep produk total meliputi barang, kemasan, mereka, label, pelayanan, dan jaminan, yang mempunyai tujuan akhir untuk mencapai kepuasan pelanggan.
d)      Karakteristik Kompetitor Menurut Porter (1985, h. 4), ada lima kekuatan pokok yang berpengaruh dalam persaingan suatu industri, yaitu persaingan dalam industri yang bersangkutan, produk substitusi, pemasok, pelanggan, dan ancaman pendatang baru.
Informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menganalisis karakteristik persaingan yang dihadapi antara lain meliputi :
a)      Jumlah Perusahaan dalam Industri Bila hanya ada satu perusahaan dalam industri, maka secara teoritis perusahaan yang bersangkutan bebas menetapkan harganya seberapapun. Akan tetapi sebaliknya, bila industri terdiri atas banyak perusahaan, maka persaingan harga akan terjadi. Bila produk yang dihasilkan tidak terdiferensiasi, maka hanya pemimpin industri yang leluasa menetuka perubahan harga.
b)      Ukuran Relatif Setiap Anggota dalam Industri Bila perusahaan memiliki pangsa pasar yang besar, maka perusahaan yang bersangkutan dapat memegang inisiatif perubahan harga. Bila pangsa pasarnya kecil, maka perusahaan tersebut hanya menjadi pengikut.
c)      Diferensiasi Produk Bila perusahaan berpeluang melakukan diferensiasi dalam industrinya, maka perusahaan tersebut dapat mengendalikan aspek penetapan harganya, bahkan sekalipun perusahaan itu kecil dan banyak pesaing dalam industri.
d)      Kemudahan untuk Memasuki Industri yang Bersangkutan Bila suatu industri mudah untuk dimasuki, maka perusahaan yang ada sulit mempengaruhi atau mengendalikan harga. Sedangkan bila ada hambatan yang masuk ke pasar (barrier to market entry), maka perusahaan-perusahaan yang sudah ada dalam industri tersebut dapat mengendalikan harga.
Hambatan masuk ke pasar dapat berupa persyaratan teknologi
Investasi modal yang besar, ketidaktersediaan bahan baku pokok/utama, skala ekonomis yang sudah dicapai perusahaan-perusahaan yang telah ada dan sulit diraih oleh para pendatang baru, ataupun keahlian dalam pemasaran.
Pengaruh Lingkungan (tren ekonomi dan pembatasan hukum)
Analisa ini meliputi faktor kondisi perekonomian yang disebabkan oleh siklus bisnis, inflasi/deflasi, kebijakan moneter, kebijakan fiskal, neraca pembayaran, perubahan iklim sosial dan politik, perkembangan teknologi, ataupun perubahan kebijakan pemerintah.
B.       Langkah-langkah Penetapan Harga

Tujuan Penetapan Harga
Faktor utama yang menentukan dalam penetapan harga adalah tujuan pemasaran perusahaan. Tujuan tersebut bisa berupa maksimisasi laba, mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan kepemimpinan dalam hal kualitas, mengatasi persaingan, melaksanakan tanggung jawab sosial, dan lain-lain. Masalah tujuan penetapan harga telah dibahas terdahulu.
Estimasi Permintaan dan Elastisitas Harga
Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar dan permintaan yang dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan sempurna, persaingan monopolistik, oligopoli, atau monopoli. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah elastisitas permintaan, yakni “how responsive demand will be to a change in price” (Kotler & Armstrong, 1996, h. 350). Permintaan menentukan batas atas dari rentang harga yang dimungkinkan bagi suatu produk. Permintaan akan menurun drastis bila harga terlalu tinggi. Biasanya terjadi hubungan yang terbalik antara harga dan jumlah permintaan, sehingga kurva permintaan bersifat negatif atau slope menurun. Namun produk tertentu yang dipandang bergengsi atau produk yang sulit dinilai kualitasnya secara objektif, bisa menghasilkan kurva permintaan yang positif. Ada pula pelanggan yang menggunakan harga sebagai indikator dari status atau kualitas produk tersebut, sehingga terdorong untuk membeli lebih banyak pada saat harga meningkat.
Biaya dan Hubungannya dengan Volume Penjualan
Permintaan menentukan batas atas dari kisaran harga yang layak dan dapat ditawarkan oleh perusahaan atas produknya, sedangkan biaya menentukan batas bawahnya. Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Harga suatu produk haruslah menutupi biaya untuk produksi dan pemasaran barang tersebut, paling tidak untuk jangka panjang, sebagaimana halnya pendapatan yang layak dterima oleh perusahaan atas investasi yang telah dilakukan dan resiko yang harus ditanggungnya. Ada dua jenis biaya yang umumnya digunakan di perusahaan, yakni :
ü  Biaya tetap (fixed costs) yang sifatnya tetap untuk jangka pendek, tanpa dipengaruhi oleh volume produksi atau pendapatan dari penjualan. Tercakup di dalamnya adalah bunga, sewa, gaji eksekutif, dan departemen fungsional (seperti pembelian dan R & D) yang dibutuhkan untuk mendukung produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Karena biaya tetap secara keseluruhan tetap jumlahnya tanpa tergantung pada volumen, maka biaya tetap per unit produk akan menurun apabila perusahaan memproduksi dan menjual lebih banyak produk tersebut dalam suatu periode tertentu.
ü  Biaya variabel (variable costs) bervariasi secara keseluruhan terkait dengan taraf produksi, namun biaya per unit tetap sama tanpa tergantung pada jumlah produksi. Tercakup di dalamnya adalah biaya bahan baku, kemasan, dan tenaga buruh yang diperlukan untuk memproduksi setiap unit produk.
Dalam hubungannya dengan volume penjualan, ada dua hal yang harus diperhitungkan untuk penetapan harga, yakni skala ekonomis (economies of scale) dan kurva belajar (learning/experience curve). Dalam jangka pendek, skala ekonomis diperoleh dari penggunaan kapasitas yang ada secara maksimal, sedangkan dalam jangka panjang perusahaan mendapatkannya dengan membangun fasilitas yang lebih besar dan lebih efisien. Kurva belajar menghasilkan penurunan biaya produksi dan biaya pemasaran per unit sejalan dengan semakin banyaknya pengalaman yang diperoleh. Cara kerja yang lebih efisien dan akumulasi usaha pemasaran telah dapat dirasakan hasilnya, yang terkait dengan daur hidup produk.
1)      Harga dan Biaya Kompetitor Guna memperoleh posisi bersaing yang diharapkan untuk suatu produk atau jasa dalam pasar sasarannya, manajemen harus memperhitungkan biaya dan harga dari kompetitor. Misalnya, supaya sukses menerapkan strategi harga rendah, maka manajemen harus yakin bahwa biaya produk memang lebih rendah daripada biaya pesaing, dan rendahnya biaya tersebut akan tercermin pada harga produk yang ditawarkan.
2)      Metode Penetapan Harga Secara garis besar metode penetapan harga dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama, yaitu metode penetapan harga berbasis permintaan (customer-oriented methods), berbasis biaya (cost-oriented methods), berbasis laba (profit-oriented methods) dan berbasis persaingan (competiton-oriented methods).
3)      Penyesuaian Struktur Harga dengan Kondisi Pasar Apabila taraf harga telah ditetapkan berdasarkan semua pertimbangan di atas, untuk selanjutnya dapat terjadi fleksibilitas harga, di mana struktur harga divariasikan sesuai dengan permintaan dan biaya berdasarkan wilayah, segmen pasar, dan lain-lain.
Penyesuaian khusus terhadap harga dpt dilakukan dalam bentuk diskon, allowance, dan penyesuaian geografis. Di samping semua faktor di atas, Kotler dan Armstrong (1994) menambahkan satu faktor internal yang perlu juga dipertimbangkan dalam strategi penetapan harga, yakni organisasi. Manajemen perlu memutuskan siapa di dalam organisasi yang harus menetapkan harga. Setiap perusahaan menangani masalah penetapan harga menurut caranya masing-masing. Pada perusahaan kecil, umumnya harga ditetapkan oleh manajemen puncak. Pada perusahaan besar, seringkali masalah penetapan harga ditangani oleh divisi atau manajer suatu lini produk. Dalam pasar industri, sales people diperkenankan untuk bernegosiasi dengan pelanggannya guna menetapkan kisaran harga tertentu. Dalam industri di mana penetapan harga merupakan faktor kunci (misalnya perusahaan minyak, penerbangan luar angkasa), biasanya setiap perusahaan memiliki departemen penetapan harga tersendiri yang bertanggung jawab terhadap departemen pemasaran /manajemen puncak. Pihak-pihak lain yg mempunyai pengaruh terhadap penetapan harga adalah manajer penjualan, manajer produksi, manajer keuangan, & akuntan.
REFERENSI
http://mycopypast.blogspot.com/2009/11/fungsi-dan-strategi-penetapan-harga.html
Copyright http://mycopypast.blogspot.com

Bab 7

CONTOH KASUS PEMASARAN
Indofood Sukses Makmur

Salah satu perusahaan yang sangat terkenal di Indonesia adalah Indofood Sukses Makmur, atau yang lebih dikenal dengan naman Indofood. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1990 oleh alm Sudono Salim dengan nama awal Panganjaya Intikusuma. Pada tahun 1994 perusahaan berganti naman menjadi Indofood dan pada saat bersamaan Hendy Gunawan, direktur pemasaran pada saat itu melakukan peninjauan strategi pemasaran serta performa perusahaan, salah satu yang dievaluasi adalah produk mie instant.
Pada saat itu penjualan produk meningkat selama 2 tahun dengan pertumbuhan mencapai 53% dan 95% antara tahun 1991 - 1993. Perusahaan berencana melakukan IPO pada akhir 1994 dan pada saat itu keputusan penting yang diambil adalah terkait dengan produk perusahaan dan wilayah regional yang akan menjadi target sasaran. 
Sangat penting bagi Indofood untuk mempertahankan kondisi market leader saat itu. Posisi itu dapat dicapai dengan melancarkan penetrasi produk yang kuat dan didukung oleh kontrol distribusi serta produksi yang ketat. Dengan kebijakan ini perusahaan dapat mengontrol biaya dan mempengaruhi kebijakan harga. Harga menjadi faktor penting karena banyak produknya adalah kebutuhan pangan sehari-hari sehingga konsumen cukup sensitif dengan harga. Strategi perusahaan dapat dibagi menjadi 4 pilar yaitu kemapuan organisasi, kemapuan pemasaran, kemampuan produksi dan kapabilitas tim manajemen dalam menyuarakan kebijakan. 
Indofood melakukan investasi yang kuat dalam membangun dan mempertahankan merek. Usaha pemasaran dilakukan melalui iklan di banyak media massa dan sponsorship padabanyak event . Saat itu Indofood mengembangkan tim riset dengan mempekerjakan sebanyak 60 orang untuk membantu perusahaan  merespon secara efektif pergerakan tren, preferensi, dan ekspektasi pasar. Indofood juga memiliki departemen desain kemasan sendiri. Pada tahun 1990an perusahaan memiliki sistem distribusi makanan terbesar di Indonesia. Aktifitas dan distribusi ini dikoordinasikan melalui sistem infomasi manajemen. 

Pada tahun 1994 , Indofood berhasil menjadi produsen mie instant terbesar di dunia dengan pangsa pasar sebesar 90% di Indonesia. Sampai saat ini Indofood adalah salah satu perusahaan yang produknya dikenal masyarakat Indonesia dan berhasil menguasai pasar ekspordengan sejumlah produknya